Keberadaan Museum Pos Indonesia yang lokasinya berdekatan dengan Gedung Sate ini tidak lepas dari perjalanan sejarah Perusahaan Pos di Indonesia. Museum ini sudah berdiri sejak zaman Hindia Belanda, tepatnya pada tahun 1933 dengan nama Museum PTT (Pos Telegrap dan Telepon). Bangunan museum ini dibangun pada tanggal 27 Juli 1920 yang diarsiteki oleh Ir. J. Berger dan Leutdsgebouwdienst dengan gaya arsitektur Italia masa Renaissance. Pada awalnya, Museum Pos Indonesia digunakan sebagai sebuah tempat yang mengoleksi perangko-perangko dari berbagai negara.

Setelah keadaannya yang kurang terawat selama Perang Dunia ke-II, mulai tanggal 18 Desember 1980 Direksi Perum Pos dan Giro membentuk suatu kepanitiaan untuk menghidupkan kembali keberadaan Museum PTT dengan melakukan inventarisasi dan mengumpulkan benda-beda sejarah yang patut dijadikan koleksi museum. Lalu, pada tanggal 27 September 1983 Museum ini pun dibuka kembali secara resmi oleh menteri Pariwisata dan Telekomunikasi, Achmad Tahir dan diberi nama Museum Pos dan Giro.  Pada saat itu, museum sudah memiliki koleksi benda-benda dan peralatan yang ada hubungannya dengan proses sejarah pos, baik dalam bentuk foto, maket, lukisan, katalog, dan peralatan pos lainnya. Barang-barang koleksi yang terdapat di sini terkumpul dari masa ke masa, mulai dari masa pemerintahan Kompeni dan Bataafsche Republiek, Daendels, Inggris, Hindia Walanda, Jepang, hingga masa Kemerdekaan.

Sejalan dengan perjalanan dan perkembangan perusahaan pos di Indonesia, mulai tanggal 20 Juni 1995 nama dan status perusahaan berubah dari Perusahaan Umum Pos dan Giro menjadi PT. Pos Indonesia (persero). Dengan demikian, nama Museum Pos dan Giro pun berubah menjadi Museum Pos Indonesia. Setelah berganti nama menjadi Museum Pos Indonesia, tempat ini memiliki berbagai fungsi tambahan di samping sebagai tempat koleksi, antara lain fungsi sarana penelitian, pendidikan, dokumentasi, layanan informasi, serta sebagai objek wisata khusus. Museum Pos Indonesia dibuka untuk umum tanpa pungutan biaya, setiap hari mulai pukul 09.00–16.00 WIB kecuali hari libur nasional. Di bagian depan pintu masuk museum, terdapat sebuah patung berukuran setengah badan, yaitu patung Bapak PTT. RI Almarhum Mas Soeharto yang dibuat pada tahun 1983 oleh seniman terkenal Ad. Pirous.

Museum Pos Indonesia memiliki banyak koleksi mulai dari masa kolonial Belanda hingga saat ini. Pengunjung juga dapat melihat pameran berbagai perlengkapan karyawan pos seperti pakaian dinas dan berbagai peralatan pos lainnya sejak jaman kolonial hingga sekarang. Museum Pos Indonesia juga memiliki koleksi berbagai alat pos lainnya seperti timbangan surat, timbangan paket, kantong pos, stempel pos, kendaraan pengantar surat, serta peralatan-perlatan pos tempo dulu lainnya. Bagi penggemar filateli, di sini terdapat sekitar 50 ribu lembar perangko dari sekitar 178 negara di dunia. Salah satu koleksi terkenal di sini merupakan lukisan perangko pertama di dunia yang disebut “The Penny Black”, yaitu perangko yang bergambar kepala Ratu Victoria dan diterbitkan pertama kali tahun 1840.

Museum Pos Indonesia merupakan sebuah bangunan yang sangat kental akan unsur sejarahnya. Tempat ini merupakan saksi mata berkembangnya pos di Indonesia.

0 komentar